Selasa, 01 Oktober 2013

Menyentuh Lingkungan Lewat Pancaindra

Kemarin dalam sebuah grup di Whats App. Beberapa dari anggotanya, sibuk saling lempar komentar mengenai lomba-lomba yang hadir pada bulan Oktober. Salah satunya ya lomba menulis ini, yang akan saya coba ikuti. #30DaysSaveEarth yang bertemakan "Lingkungan".

Hal pertama yang ada dalam benak saya, ketika mendengar kata "Lingkungan" adalah alam. Baik itu tumbuhan, hewan maupun manusia. Karena menurut saya, lingkungan tidak hanya berasal dari hewan dan tumbuhan. Lingkungan juga hadir dari sekitar, seperti tetangga di dekat rumah, teman sekolah maupun keluarga. Bukankah mereka termasuk lingkungan juga ? Namun, tema "Lingkungan" yang di maksud bukanlah lingkungan manusia dengan manusia. Tetapi lingkungan antara manusia dengan alam.

Ketika saya masih kecil, saya sering bertanya pada diri saya sendiri. Bagaimana cara berkomunikasi antara kita dengan alam ? Bagaimana cara kita mencintai alam, yang telah demikian royalnya memberikan banyak hal pada kita? Saya masih sering tersenyum, mengingat bahwa banyak pertanyaan dalam benak. Tetapi jawaban yang di dapatkan tidak sebanyak yang ingin di pertanyakan.

Tema "Lingkungan" ini, mengingatkan kembali akan kenangan masa kecil saya. Sesekali kadang saya merenung, memikirkan caranya. Bagaimana mencari jawaban-jawabannya. Hingga pada akhirnya, saya ingin mencoba menyentuh lingkungan lewat panca indra. Bisakah ? Mari kita mencoba membuktikannya.

Lewat mata, indra penglihatan. Saya pasti akan menemukan banyak hal menyenangkan bersama alam. Melihat kebesaran yang Tuhan ciptakan, tetapi juga melihat ciptaan yang indah itu rusak oleh tangan-tangan. Manusia seperti saya.

Lewat telinga, indra pendengaran. Saya akan memiliki banyak kesempatan, mendengarkan banyak suara merdu. Kicauan burung di pagi hari, gemercik hujan atau terjangan air yang jatuh terjal di antara jurang. Meski kadang pendengaran ini terisi isak tangis hewan-hewan yang menjerit, karena rumah yang mereka cintai teralihkan fungsi.

Lewat hidung, indra penciuman. Saya bisa menghirup dengan sejuknya aroma tanah seusai hujan. Saya bisa menghirup aroma bunga yang tengah mekar. Namun kadang kala hidung saya terpaksa menghirup polusi, udara yang mengaburkan wangi-wangi alam ketika saya berjalan di tengah kota.

Lewat kulit, indra peraba. Saya dengan tentramnya bisa merasakan lembutnya angin, dinginnya air. Memberikan kedamaian pada hari-hari saya. Membantu mengusir panas yang menyiksa kala siang. Ada kalanya, kulitku begitu peka. Sekali lagi polusi udara penyebabnya. Menghadirkan kanker pada kulit, lewat radiasi ultraviolet yang hadir karena penipisan lapisan ozon.

Lewat lidah, indra pengecap. Saya banyak merasakan berbagai macam rasa dari alam. Asin yang hadir dari laut. Manis dan asam, buah yang hadir dari anak tumbuhan. Manusia dengan tekhnologinya, membuat banyak rasa sintesis. Mengaburkan begitu banyak rasa aslinya, membuat lidah ini menjadi pecandu bukan dari rasa alami.

Lewat panca indra inilah, saya akan mencoba menyentuh kembali lingkungan. Alam yang selalu mampu mendamaikan segala rasa. Alam yang harus di jaga, agar segala rasa indah itu tetap tersaji untuk di rasakan oleh panca indra setiap manusia. Marilah memulainya, saat ini.

01 Oktober 2013


Catatan:
Tulisan di atas di ikut sertakan dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika

2 komentar:

Arif Munandar mengatakan...

"Alam yang selalu mampu mendamaikan segala rasa. Alam yang harus di jaga, agar segala rasa indah itu tetap tersaji untuk di rasakan oleh panca indra setiap manusia..."

Semoga alam ini masih bisa dinikmati oleh panca indra generasi penerus kita.

diankp mengatakan...

kunjungan balik :)

Posting Komentar