Selasa, 02 Februari 2016

Kepada-Mu dan Waktu

Selamat datang, hari kedua, bulan kedua dari dua belas bulan.

Entah saya harus merasa bersyukur ataukah saya harus mendengus kesal.

Tuhan, bila saya berbicara padamu. Sudah seharusnya saya berucap syukur, bukankah begitu Tuhan? Bersyukur karena pada bulan ini, bulan dimana pertama kali saya dilahirkan. Bulan dimana saya masih dipertemukan pada bulan yang sama setiap tahunnya. Bulan dimana menandakan bahwa usia saya telah digenapkan dan kontrak usia akan berakhir. Masihkah Tuhan dengan gembira memperpanjang kontrak saya? Ataukah Tuhan tengah mempertimbangkan layak tidaknya saya. Atau masih bermanfaat atau tidakkah saya?

Bila saya mampu berbicara pada waktu. Mungkin saya akan mengumpat dalam diam. Dalam gerakan bibir tanpa suara. Mulai mengeluh dan berkata, 'mengapa waktu bergulir begitu cepat ?'. Menjadikan kenangan-kenangan kemaren dengan mudahnya menguap. Mengapa begitu cepat menghadirkan masa depan, perubahan tanggung jawab dan sederetan masalah-masalah yang semakin kompleks. Saya kesal karena saya menyesali, mengapa saya selalu ingin dewasa sebelum waktunya. Membuat saya menyesali, bahwa waktu yang saya miliki begitulah sedikit. Sementara terlalu banyak rasa yang harus saya rasakan.

Tuhan dan waktu tengah mengerakkan. Menyadarkan namun enggan untuk mengakuinya. Masih adakah tempat untuk berlari, ataukah sekedar untuk sembunyi. Kenangan-kenangan yang menggunung menjadikan alasan, bertahan adalah hal yang menyenangkan. Terima kasih, untuk pengajarannya dan perlindungannya.

Andai surat ini saya layangkan, akankah sampai pada tujuannya ?



Note :
sayangnya saya hanya menyimpannya, untuk saya sendiri.


02 Februari 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar