Kamis, 04 Februari 2016

CURUG MALELA

Perjalanan menuju curug malela ini saya ikut nebeng bareng salah satu komunitas di Bandung yakni SABUKI (Satu Bumi Kita). Untuk komunitas Sabuki ini saya juga tidak terlalu mengenal dekat, karena info trip ini saya dapatkan dari Kak Sifat, salah satu pembicara mengenai traveling di KBI (Klub Buku Indonesia). Namun saat kroscek dengan panitianya, mereka juga tidak mengenal kak Sifat. Ha Ha Ha saya hanya tertawa dalam hati.

Tempat acara berkumpulnya di Musium Sribaduga, Bandung jam 07.00 pagi hari. Awalnya saya sempat bimbang, karena posisi saya yang berada di Jakarta sementara tempat Meeting Point nya di Bandung. Namun mengingat perjalanan menuju Curug Malela sungguh ekstrim dan aksesnya cukup sulit, maka akhirnya saya memutuskan untuk ikut trip tersebut.

Sabtu sore saya berangkat ke Bandung dengan menggunakan jasa kereta api. Sesampainya di Bandung, saya menumpang menginap di kosan teman saya dan minta tolong paginya untuk di antarkan ke tempat meet up (teman yang tidak tahu diri kan saya, sudah menumpang menyusahkan pula).

Mengenal orang-orang baru itu menyenangkan.

Perjalanan ini bukan hanya menuju tempat yang ingin dituju, namun memberikan warna karena bertemu dengan orang-orang baru dan mulai mengenalnya. Setelah semua peserta berkumpul dan berdoa sejenak, akhirnya perjalanan menuju Curug Malela pun di mulai pukul 08.00. Dengan menyewa truk polisi, rombongan mulai melintasi jalan-jalan Bandung. 

Perjalanan menuju curug malela memakan waktu 3-4 jam. Curug Malela terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga-Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat.

Setelah menempuh sekitar 3 jam, maka akan terlihat gapura menuju curug Malela. Dari Gapura menuju pintu masuk curug jalan yang dilalui akan begitu ekstrim. peserta yang berada di dalam truk polisi diajak untuk bergoyang. Jalan yang tidak rata, karena berisi batu-batu besar, tanah lumpur, tanjakkan, belokkan dan turunan. Perjalanan melalui jalur ini seolah sedang menaiki arung jeram, karena tubuh ikut bergoyang kekanan, kekiri, kedepan dan kebelakang kadang sempat loncat pula. Ditengah perjalanan truck sempat berhenti tidak kuat menanjak, dan mundur kembali. Sontak membuat peserta di dalamnya ikut berteriak –ketakutan  truk akan terguling kebelakang–. Ternyata truk tersebut hanya mundur sebentar mengambil ancang-ancang untuk dapat melewati tanjakkannya.

Saya menyebutnya truk dewa, karena bisa dengan canggihnya melewati jalanan yang begitu terjal. 

Sesampainya di tempat parkir terakhir, truk tersebut beristirahat. Dan para peserta pun mulai meluruskan badan yang sempat terombang-ambing. 

Curug malela yang sekarang saya singgahi ternyata sudah cukup dikelola, terbukti jalan menuju ke sana sebagian sudah berupa aspal. Dari loket hingga ke curug tidak memakan begitu banyak waktu. Karena jalannya terus ke bawah, kira-kira waktu yang dibutuhkan hanya 15-20 menit saja. Jalan turun sebentar saja, sudah dapat terlihat dari kejauhan begitu mempesonanya niagara mini ini. Curug dengan tinggi 60 meter dan lebar 70 meter ini sering disebut sebagai Niagara Mini. Debit airnya pun cukup tinggi, untuk yang ingin berenang harap berhati-hati. Sayangnya air terjunnya tidak sejernih air terjun yang biasa dijumpai, menurut saya air terjun ini cenderung lebih kotor. Atau mungkin pengaruh hujan yang membawa lumpur ikut bersama derasnya arus. karena sehari sebelum keberangkatan hujan deras melanda kota Bandung.


Bagi yang suka berburu curug, Curug Malela menurut saya menjadi hal yang harus di datangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar