Rabu, 18 Juni 2014

#Kamisan 5 : Wishy Washy : Absurd

Pada papan cakrawala jemarimu mengukir tulisan.
Kata demi kata merangkai menjadi wacana.
Satu kisah yang berbuah kisah, berakhir resah.

Kamu mulai bercerita tentang hutan, tentang awan yang perlahan suram.
Tentang udara babas, yang tak habis di bahas.
Tentang daun-daun yang tumbuh kemudian di bunuh.
Hutan-hutan yang dewasa, hutan-hutan yang di anggap tua tapi tidak bisa muda.
Hutan yang telah lelah mendesah, kemudian binasa

Awan-awan tumbuh telah berlabuh
Menyembunyikan buram-buram dalam karam.
Memperkenalkan kawan-kawan berkedok kebaikan.
Menawarkan keteduhan, memberikan perlindungan, bertahtakan kemunafikan.
Putih yang berarti suci pun, bermanipulasi 
Berdongeng tentang cahaya kemilau di tengah danau
Mempertontonkan sejuta cerita tanpa fakta.
Ah!

Jemarimu terhenti, perlahan berfikir dalam diam.
Menghapusnya, memulai ritual menulis awal.
Kamu tidak lagi bercerita tentang hutan maupun awan
Bukan pula pilihan-pilihan dengan jawaban

Sampan sampan menyusuri lautan
Mencari ikan, jawaban para sang nelayan.
Senja terukir menjadi indah, menjadikan lebah-lebah menggulana
Sekawanan anak manusia mencari makna dara.
Tenggelam dalam keindahan, menepi dalam kesuraman.
Inikah cerita?

Jemarimu dengan cekatan menghapus kembali tulisan-tulisan
Menyisakan papan yang tiada lagi bersih.
Menyisakan kenangan yang pelan-pelan menikam.
Siapakah kamu? Manusia plin-plan dalam lakon. Tidak meninggalkan jejak-jejak pasti.


05:30 am

3 komentar:

cikie-share@blogspot.com mengatakan...

puisi

cikie-share@blogspot.com mengatakan...

(k)

empatsayap mengatakan...

Suka puisinya


selalu jadikan kamus sebagai pedoman ketika menulis.

Posting Komentar