Senin, 26 Agustus 2013

Empat hari yang penuh arti

Sepanjang sebelum lebaran maupun sesudah lebaran, tidak ada yang namanya liburan. Pekerjaan selalu menjadi kegiatan sehari-hari penuh letih dan lelah. Namun seminggu setelah lebaran, aku punya waktu libur empat hari. Liburan tanpa memikirkan pekerjaan sama sekali, karena liburan itu serempak seluruh karyawan. Pastinya aku pulang ke rumahku, bertemu keluargaku yang setiap lebaran tidak pernah bersama mereka.

Hari pertama
Niat berangkat lebih pagi menuju rumah, aku urungkan. Ternyata masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan terlebih dahulu. Akhirnya ketika terik mentari tengah asiknya bersinar aku memacu motorku menepis panas-panas itu. Berburu dengan waktu, mungkin itu yang tengah aku lakukan. Karena jam dua siang aku ada janji dengan abang. Saat tau aku libur empat hari, dya ngambil cuti dan menyebrang pulau pulang ke rumahnya yang di Jakarta. Mungkin kira-kira sudah 4 bulan aku tidak bertemu dengannya.
Pertemuan yang di janjikan tiba, dan seperti biasa aku datang telat sejam. Penampilan kita hari ini, penampilan ala kadarnya. Dia, rambut kritingnya di panjangin. Dengan jambang da jenggot yang belum tercukur. Celananya pun celana yang dengkulnya penuh sobekkan dan tidak lupa kaos oblongnya dia. Aku suka gayanya kali ini. Bebas. Dan aku suka sekali dia memanjangkan rambutnya yang kriting itu. Sedangkan aku, seperti biasa. Celana semi levis dan kaos oblong serta separti kets.
Kencan hari ini seperti biasa di isi dengan makan dan nonton. Film yang di tonton hari ini sungguh tidak ok sama sekali (menurutku). “The Conjuring”, film horror yang bikin jantung memerlukan olah raga penguat.  Dia berkali-kali meminta maaf, karena salah memilih film dan tidak tau kalau film yang di pilihnya adalah  film hantu. Sepanjang film aku lebih memilih memandang tasku dari pada film yang ada di hadapanku. Dan dia, tertawa-tawa melihat tingkahku. -___-“

Hari kedua
Hari ini saatnya aku silaturahmi dengan keluarga dari emak dan babe ku. Biar aku masih tetep di anggap keluarga, takutnya karena nggak pernah kumpul bareng keluarga besar. Mereka tidak mengingatku lagi dan mencoreng namaku dari silsilah. Mengingat libur lebaran tahun kemaren ketika aku berkunjung, aku mendapat sindirian “kirain sudah nggak inget punya mbah di sini”. Ketika itu aku hanya menanggapinya dengan benggong dan cengar cengir.
Perjalanan di mulai ke daerah Kebayoran Lama, Pondok Indah. Selanjutnya menuju Tanggerang, dengan harapan pas pulang sekalian jalan. Karena di daerah Kali Deres masih ada empat keluarga yang harus di kunjungi. Tanggerang adalah rumah kakak emakku. Saat ini tengah di rawat di rumah sakit. Dan betul sekali, aku terjebak di dalam rumah sakit selama 4 jam. Padahal targetku waktu berkunjung itu paling lama sejam setengah. Tapi apa daya, aku harus menunggu om ku yang sakit sementara tanteku pulang untuk berganti pakaian.
Selepas magrib, akhirnya aku baru bisa melanjutkan perjalananku ke rumah-rumah saudaraku yang lain. Rumah selanjutnya adiknya emakku. Saat sampai di sana, ketika di sajikan makanan kita (aku dan adikku) langsung melahapnya. Bibi ku pun bertanya, “laper?” Aku dan adikku menjawab dengan anggukan. Bibi ku bertanya kembali, “emang di sana nggak di kasi makan?” Kami menjawab serempak dengan gelengan. Bibiku mungkin tersenyum melihat tingkah keponakannya yang ababil ini, “tapi aku nggak masak, di bikini mie rebus saja mau?”. Aku dan adikku langsung mengacungkan tanda setuju. Memang benar di RS itu kita nggak makan dan minum :D

Hari ketiga
Binggung mau melakukan kegiatan apa. Dan malas untuk pergi jauh-jauh sambil mengendarai motor. Akhirnya aku memutuskan untuk memasukkan motorku ke bengkel untuk di service. Ketika sambil menunggu motorku di service, aku sms’n sama pip (salah satu temen di klub buku). Dia sedang ada di Jakarta, sebelum akhirnya nanti tanggal 24 dia akan kembali bekerja di Kalimantan. Setelah ngbrol ngalor ngidul nggak jelas. Akhirnya kita memutuskan untuk kopdaran di Kota. Sekalian dia juga ada janjian dengan temannya. Selesai dengan urusan service, aku pergi ke stasiun. Menuju Kota paling enak naik kereta, hanya cukup membayar Rp. 4.500 saja sekali jalan. Dari pada aku bawa motor, bisa habis bensin berliter-liter. Menyesal, tidak membawa kamera saat ke Kota. Tapi tidak apalah. Kan niatnya hanya kopdaran sama pip.
Aku menelusuri tiap-tiap sudut Kota. Tempat di mana dulu pernah menjadi saksi kopdaran sama anak-anak bing. Tempat yang berkesan menurutku. Akhirnya bertemu juga dengan pip dan temannya. Ternyata temannya pip itu adalah mantan mimin klub buku (baru tau dan lupa juga siapa namanya :p). kita berbincang-bincang, hingga akhirnya petang menjelang. Pertanda perpisahan harus terjadi.

Hari keempat.
Hari yang special, karena hari ini aku akan bertemu dengan orang tuanya abang. Abang menjemputku siang itu. Tentunya hari ini aku berkemeja ria, berkaos oblong sama saja dengan memberikan kesan berandalan di mata ortunya. Aku kan manusia yang cukup tau diri juga.
Berbincang dengan keluarganya itu menyenangkan. Itu awal yang bisa aku komentarkan, perjumpaan selanjutnya entah. Apakah akan selalu menarik atau akan berubah menjadi menyebalkan. Malam hari nya dia mengantarku pulang, dan bertemu dengan keluargaku.
Hari ini aku seharian bersamanya dan buatku itu menyenangkan. Oia dia sudah mencukur rapi rambut, jenggot dan jambangnya. Padahal aku lebih suka dia yang tempo hari itu. J


Liburan yang aku punya tidakklah banyak, jadi empat hari itu buatku sungguh berharga dan harus menjadi sebuah cerita.

26 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar