Rabu, 04 Februari 2015

[30 Hari Menulis Surat] - Sang Pengajar Cinta

Untukmu, sang pengajar cinta

Namanya adalah Ardo, namun kebanyakan teman-temannya memanggilnya dengan Ando. Aku pun memanggilnya begitu. Hanya namamu saja yang ku tau. Dan segelintir cerita-cerita.

Siapa sangka, perkenalan yang awalnya ku anggap biasa menyebabkan kenangan yang begitu luar biasa. Mengubah tidak sedikit pandanganku dalam menyingkapi sesuatu.

Kamulah pengisi kekosongan malam-malamku. Pengisi segala sepi dengan suara indahmu. Hingga cerita demi cerita saling kita bagi.

Pertemuan pertama kita meninggalkan sakit, sebuah luka yang saling menyakiti. Dan lebih tepatnya aku melukaimu hanya karna ada seseorang yang masih ku puja. Aku takut menghianatimu, begitulah penjelasanku kala itu.

Ndo, satu-satunya penyesalan terbesarku adalah membiarkanmu. Melepaskan genggaman tangan yang telah kamu ulurkan. Janji-janjimu untuk tidak meninggalkanku tidak kamu ingkari. Dan aku tertegun, aku terlalu bodoh melepas kamu yang menjagaku demi seseorang yang ingin aku jaga.

Seperempat windu berlalu, dan aku tidak bisa melupakanmu. Ada yang berkata padaku, "tidak ada yang terlambat"
Tidak ada kata terkambat, termasuk kamu yang semestinya aku perjuangkan kembali.

Ndo, denganmu untuk pertama kali, aku melepas semua asaku, bercerita bahwa ada rasa yang tertinggal sejak dulu. Bahwa ada kebodohan pada pengambilan keputusan kala itu. Cerita itu mengalir, dan kamu pun mendengarkan tanpa banyak berkomentar. 

Hingga semua sesak itu ku hempas, kamu dengan tenang menyayangkan mengapa aku harus jujur sekarang. Mengapa tidak sebulan atau seminggu yang lalu. Sebab ada janji yang diucapnya, ketika telah melingkarkan cincin dijari manis seseorang. Dan itu pastinya bukan diriku.

Ada air mata jatuh begitu banyak, air mata yang melegakan. Belenggu rasa telah terlpas. Meski setelahnya Jarak pun tercipta, karena masing-masing kita sadar ada hati yang perlu dijaga. 

Meski pertemuan kita hanya sekali, aku telah belajar arti menghargai ketulusan,menghargai pemberian, tidak menyia-nyiakan harapan dan lebih dewasa dalam bersikap.

Meski perkenalan kita begitu singkat, namun pelajaran hidup darimu begitu mengikat.


04 Februari 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar