Seharusnya hari ini menjadi hari yang biasa saja. Atau lebih tepatnya sedikit istimewa dengan guyuran hujan sejak pagi, sehingga menyebabkan beberapa di daerah ibukota Jakarta menjadi banjir. Termasuk jalan di depan tempat aku bekerja.
Aku berangkat dan pulang kerja seperti biasa, menaiki kereta. Aku pun mendengar cerita dari rekan kerja, bahwa bila di depan banjir maka jalan akses menuju stasiun yang biasa ku lewati pun ikut tergenang. Sungguh naas, pikirku. Maka aku berinisiatif, menumpang sama rekan kerjaku untuk sampai ke stasiun Kota. Stasiun dimana temanku bilang, aku tidak akan was-was bila keretaku akan terhambat perjalanannya.
Kereta masih berjalan seperti biasanya, namun mungkin Tuhan berkata lain. Ketika empat stasiun lagi aku akan sampai pada stasiun tujuanku pulang. Kereta yang ku naiki berhenti cukup lama. Mendengar dari suara informasi, kereta di stasiun berikutnya mengalami gangguan. Awalnya ku kira hanya sementara, dan satu jam pun berlalu. Aku menikmati senjaku dalam kereta. Memandangi rona jingga itu hilang di balik benda-benda mati menjulang. Bagaimana pula, aku dapat beranjak pergi bila pintu kereta pun tidak terbuka. Lampu dan ac dalam kereta pun ikut padam. Menambah sedikit suasana mencekam, dan untungnya ini bukanlah malam jum'at.
Akhirnya pintu kereta masing-masing gerbong pun terbuka, setelah dua jam berlalu. Lampu pun menyala tapi tidak dengan AC. Aku keluar mencari sedikit udara segar. Seketika itu pun aku menjadi tau, penyebab masalah mengapa kereta ini berhenti. Selain karena kereta sebelumnya mengalami gangguan. Ternyata kereta yang aku naiki pun mengalami gangguan. Aku ingin keluar dari stasiun dan menyebrang, namun tidak bisa. Jalanan tertutup, di belakang kereta yang ku naiki ternyata masih ada tiga kereta lagi yang rencananya akan membantu mendorong kereta yang ku naiki ini. Satu kereta saja ada delapan gerbong. Berarti empat kereta ada 32 gerbong. Waw sangat panjang, aku membayangkan kereta satu saja sudang panjang apalagi empat. Dan baru kali ini aku mengertahui, ternyata kereta bisa di dorong dan di tarik. Yupz, kereta yang mogok satu stasiun di depan stasiunku. Akhirnya rangkaiannya di tarik, agar tidak menghambat perjalanan kereta yang lain.
Menurutku sih, dua jam kereta tidak jalan sudah menghambat begitu banyak rangkaian kereta. Karena jalur yang di lewati merupakan jalur satu-satunya kereta melintas ke arah Bogor. Rasanya kesal sih, menanti kereta begitu lama. Tak urung kereta pun bisa PHP (Pemberi Harapan Palsu). Ketika itu, sang pembawa informasi mengabarkan penumpang untuk segera naik. Namun ketika naik, kereta tidak jua di jalankan. Tidak sedikit penumpang yang bersorak memaki. Salah satunya wanita yang sudah cukup umur di sebelahku.
"woiii keretanya di tarik aja sih, di pindahin jalurnya. Pada goblok apa yah, nggak tau kalo banyak orang yang lagi buru-buru". Seketika umpatannya terlontar, banyak pasang mata yang melihatnya. Hanya sekilas dan di lupakan begitu saja. Mungkin sebagian penumpang berfikir, buat apa melademi atau mengomporkan ucapannya hanya akan membuat suasana semakin menegang.
Ada beberapa wanita pun yang mengomentari sambil berbisik, "di tarik di tarik, di kira tambang kali yah." atau "baru juga segini saya pernah empat jam nahan buang air kecil."
Oia sekedar info, saat itu aku sedang berada di gerbong khusus perempuan. Jadi wajar bila mereka lebih senang mengungkapkan kekesalan dengan omongan.
Kereta pun berhasil di dorong, menunggu dua jam lebih pun akhirnya tidak sia-sia. Pada stasiun berikutnya, kereta pun berhenti. Ada yang menarik di sini, ada seorang gadis yang tiba-tiba berkata. "pak saya boleh naik ya pak ya. pleaseeeeee" dengan muka melasnya yang tengah letih.
"naik mah pasti boleh neng" ucap petugas keretanya yang ketika itu berada di dekat pintu. Gadis itu pun masuk, dan memulai edisi curhatannya.
"astaga, tadi aku naik kereta sebelumnya tapi gak di bolehin sama penumpang yang di dalamnya. Katanya penuh. Aku udah nunggu kereta setengah jam, capeknya." ucap gadis itu sambil mengibaskan keringat yang sesunguhnya tidak ada di dahinya.
"baru setengah jam neng, kita udah nunggu dua jam loh" jawab ibu-ibu yang posisinya tidak kalah dekat dengan gadis itu.
"Ya ampun ternyata aku lebih beruntung, terima kasih ya Tuhan, ini berkah." ucap gadis itu spontan. Tak elak seketika itu pun beberapa wanita tertawa. Ternyata ada angin segar, berupa stand up komedi dari si gadis ini. Sikap polos dan lugu gadis ini, menjadi hiburan kala penat merajai saat kereta mogok.
08 Januari 2014
2 komentar:
Aku belum pernah naik kereta ;-( Nanti ajakin yo Feb!!!
hayoo weee k Jakarta yah, nanti aku ajakin keliling naik kereta :)
Posting Komentar