Memang benar, hidup itu tidak bisa sendiri. Namun ku merasa, sendiri itu mungkin lebih baik. Tak perlu merasakan, sakit pada hati itu bagaimana, tak perlu merasakan meluap-luapnya egois dan rasa kesal. Benci untuk sesuatu yang aku rasakan itu. Sesak karena menahan kesal, amarah dan keegoisan. "Apabila sendiri, kenapa mesti menunggu orang lain". Mungkin akan lebih menyenangkan bila tidak sendiri. Dan mungkin dengan kata "menyenangkan" sudah cukup. Sendiri, adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk tidak tergantung dengan orang lain, Pilihan untuk tidak menaruh sebuah harapan kosong. Pilihan untuk mempercayai dan menginginkannya padahal mungkin hasilnya hanya sebuah kehampaan. Itu adalah pilihan yang sering melukai, menyakitkan dan sangat menyesakkan. Benci sendiri, namun mungkin itu jauh lebih baik. Baik, untuk tidak terluka dengan sebuah pengharapan besar. Baik, untuk tidak menyesakkan hati lebih dalam.
Memang benar, rasa seperti ini hanya diri sendiri yang mengalaminya. Orang lain mana tau, rasanya mengharapkan sebuah pengharapan besar, Namun begitu saja terpatahkan. Rasanya seperti melambung, dan begitu saja terjatuhkan. Sakit secara psikis. Titik-titik air itu pun tak henti mengalir, menahan rasa yang menyesakkan. Seharusnya aku sadar, menghadirkan orang lain, hanya membuat sesak itu terus ada. Harap yang telah menjadi kehampaan.
12:38 am
25 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar