Seorang lelaki melayu, gagu
Bermain dan menyanyikan berbagai lagu
Mengukir bait-bait kata mendayu
Susunan huruf-huruf pilu menusuk kalbu
Kemanakah sang kirana membuatnya sendu
Kemanakah sang dara membuatnya menunggu
Sajak-sajak usang telah hampir berdebu
Puisi-puisi romantis telah menjadi abu
Pilukah hatimu, berdukakah pikiranmu
Kamu menunggu di sebrang pohon nan layu
Bergerak merangkak mendayu-dayu
Kamu lelaki gagu yang begitu dungu
Begitulah sebutan kawan-kawanmu
Yang sok akrab, sok bijak menasehati otakmu
Kamu masih berdiri dengan mata sayu
Pada tatapan-tatapan tajam yang mengkaku
Betapa kesetiaanmu telah kau sebar kepenjuru
Namun langit biru masih saja enggan mengadu
Marahkah kamu? Menunggukah kamu? Bersabarkah kamu?
Dara-dara itu telah menjelma menjadi wanita palsu
Mengumbar setia yang nyatanya hanya semu
Langit, udara, padang, kayu adalah saksi-saksi bisu
Aku menatap punggungmu, wahai lelaki gagu
Aku cemburu pada setia yang kau jaga itu
Biarlah aku memelukmu, membekap peluh hati pilumu
Mewadahi sisa asa yang tak tersisa untukku
Mengkotaki kenangan kusam yang membeku
Namun apalah aku,
hanya seranting tebu biru nan pilu.
1 komentar:
;-( ;-( ;-(
Posting Komentar