Selasa, 03 Februari 2015

[30 Hari Menulis Surat] - Sang Binatang Jalang

Dear Bin,

Apakah perlu ku awali surat ini dengan menanyakan kabarmu? Atau perlukah aku bertanya tentang ketabuan-ketabuan yang mewarnai hidupmu?

Sesungguhnya aku tidak mengerti mengapa aku harus menuliskan surat ini untukmu, dan mengapa pula aku harus merepotkan diri meluangkan waktu untuk merangkai kata demi kata untukmu. tidakkah kamu merasa ini percuma?

Namun janji adalah janji, dan kini aku mulai tak mengerti, aku harus menuliskan apa lagi.

Binatang Jalang, nama yang ku kira dimiliki oleh sebangsa pria. Nama yang ku kira, hanya berisi sekumpulan kata-kata puitis. Seperti rangkaian kata yang sering terlontar dalam wadah pertemuan antara kamu dan aku.

Bin, kamu bukanlah yang pertama yang mengorbankan waktu hari raya dengan memilih untuk bersamaku. Atau mungkin kamu pula tak menyadari bahwa perjalananmu mengunjungiku dilakukan pada malam hari perayaan besar agama ((kita)). Namun nyatanya, kamu lah orang pertama yang baru ku kenal beberapa hari, dan melakukannya.

Hahahhaa, itu sungguh gila. Andai bila yang melakukan hal seperti itu adalah seorang pria, mungkin aku akan sangat tersanjung. Sayangnya di kamar kosku, kita tidak tidur bersama. Padahal aku sudah dengan rela membagi tempat. Tempat dimana aku biasa terlelap dan menjemput mimpi.

Ah, lupakan kegilaan yang satu itu. Ya kamu yang gila dan aku yang tidak waras. Kadang kenangan memang hanya mampu dikenang dan tak dapat terulang. Harusnya aku bisa lebih baik terhadapmu, namun nyatanya terlalu banyak kebodohan yang ku lakukan. Tapi tenanglah aku akan selalu menjagamu disini, dibalik kaca. Dibalik udara yang tidak terasa.

Bin, kamu tetap kesayangan aku, meski kini tidak lagi sama.

Najong banget dah, berasa kayak surat cinta -,-“

Salam buat kamu, penghuni semesta x))

01 Februari 2015

1 komentar:

Alena mengatakan...

Beb, bisa gak sih perihal batu ga dibawa2 ������. Udah tersanjung padahal gue. Aarrhhh beb kamu suka gitu

Posting Komentar