"Kok kamu ada di sini? Bukankah tadi kamu sudah aku antar ke travel untuk pulang ?"
Aku mematikan mesin motor yang ku kendarai, memarkirkannya sembarangan. Aku menghampirimu yang kini tengah duduk di teras rumahku. Kamu duduk terdiam, memandangi langit dengan tatapan kosong.
Pertanyaan yang aku lontarkan pun, tidak dijawab olehmu. Aku duduk di sebelahmu, ikut menatap langit, mencoba melihat apa yang sedang kamu lihat disana.
Langit berlukisan awan-awan yang bergerak halus, warna biru menjadi latar yang indah. Hari ini memang cerah. Waktu yang sayang sekali bila hanya berdiam diri seperti ini.
Sudah lima belas menit, tidak ada suara mengudara diantara kita.
"Nggak jadi pulang ?" aku membuka suara kembali.
"Jadi," jawabmu singkat.
"Tadi kan aku sudah mengantarmu ke Trevel, lalu bagaimana bisa kamu sampai dirumahku lebih dahulu ?"
Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan kamu menaiki kendaraan apa hingga sampai ke rumahku ini.
"Aku pulang Dhaa,"
Aku mengeryitkan dahi, "bukankah kamu memang tadi sudah pamit pulang ?"
"Aku pamit untuk pulang ke rumah Tuhan Dhaa."
"Aku pamit untuk pulang ke rumah Tuhan Dhaa."
Come as you are, as you were
As I want to be
As a friend, as a friend as an old enemy
Take your time, hurry up
Lagu dari nirvana mengalun dengan lembutnya, aku mencari ponsel yang menjadi sumber suara tersebut.
"Ya,"
"Tidur ya? dari tadi ditelepon kok nggak dijawab ?"
"Eh.... kamu bukannya tadi ada di sini?"
"Ngelindur ya? aku saja mau berangkat ke sana. Cuci muka dulu sana!"
Aku mencoba mengingat-ingat, apakah yang tadi itu nyata atau memang hanya sekedar mimpiku saja.
"Dhaa....masih disana ?"
"Eh iya masih, sorry tadi lagi mikir."
"Mikir apaan? Mikir kalo aku udah sampai di sana? Hahahaha, mimpi apa sih barusan, jadi penasaran"
"Mimpi hmmm apa yah," Aku berusaha mengingat-ingat kejadian dalam mimpiku tadi, sial tiada yang aku ingat."Oh iya, aku hanya ingat kalimat terakhir. Kamu bilang, mau pulang ke rumah Tuhan."
"Rumah Tuhan? Masjid maksudnya? Sialan, mentang-mentang aku jarang shalat, hahahaa" tawamu terdengar begitu lepas. "Tapi yang pasti aku memang pulang kok, pulang ke rumahmu dan pulang untuk menjumpai Kei, hehehe"
Jadi itu hanya sekedar bunga tidur, "jadi jam berapa aku jemput ?"
"Jam empat saja sepertinya, soalnya ini juga baru masuk tol.Aku naik travel yang biasanya, jemput ya Dhaa," suaramu seperti terdengar memohon.
"Oke," jawabku menyanggupinya.
"Dhaa, aku mau cerita sesuatu nih tapi nanti saja sesampainya aku di sana,"
"Oke," jawabku singkat. Aku bisa menebak kira-kira siapa yang akan diceritakannya.
" Dhaa kok mobilnya begini ya Dhaa, loh...loh.....Aggggghhhhhh." Suara teriakanmu memekakan telingaku.
"Kom....Komaaa!"
Aku mencoba mendengarkan, berharap suaramu masih bisa ku dengar. Namun sayangnya sambungan telepon darimu pun putus.
10:33 pm
17 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar