Rabu, 09 Juli 2014

#Kamisan 8 : PERLINA - KOMA!

Dear Koma,

Masihkah kamu dengan setia, menjaga Tuhanmu di sana?

Masihkah kamu dengan jenaka berbagi cerita dengan-Nya?

Aku masih di sini Kom, masih dengan setia menunggu Tuhanmu menjemputku.

Masih dengan setia berteman doa, mengucap nama.


“Kei,”

“Hmmm,”

“Lw ngerasa capek nggak sih ?”

Kei membalikan tubuhnya, melepaskan pandangannya dari jendela kamarnya. Ada Brima di sana.

“Capek ? Capek kenapa ?” Kei mengernyitkan dahinya. Seolah menebak pembicaraan ini akan dibawa ke arah mana.

Brima datang menghampiri Kei. Ikut merasakan sejuknya angin yang menerpa wajahnya. Jendela itu di biarkannya terbuka. Brima mengambil kertas yang ada dimeja dekat jendela, membacanya.

“Jangan lancang, membaca apa yang bukan kamu miliki,” Kei menyambar kertas itu secara paksa.

Brima menatap Kei dengan tatapan iba, “Koma lagi ? Lw nggak capek mikirin dia terus Kei ?”

“Bukan urusan kamu Brim, pergi deh. Nggak usah ganggu.” Kei membalikkan badannya membelakangi Brima.

“Dia udah pergi Kei, kenapa lw masih saja bertindak seolah-olah dia masih ada.”

Kei terdiam tidak membalas ucapan Brima.

“Setiap hari lw hanya duduk di situ, memandang jendela. Seolah berharap Koma akan datang lewat jendela itu. Lw nggak capek menghayal begitu terus ? Dan ini,” Brima mengambil setumpuk kertas berisi tulisan-tulisan Kei. “Entah berapa banyak lagi kertas-kertas seperti ini ada di kamar lw. Dia udah mati Kei, udah mati. Lw sadar dong!”

“Cukup Brim!! nggak usah ikut campur. Tau apa sih kamu soal kehilangan ?” Kei mengambil paksa kertas-kertas miliknya yang di genggam oleh Brima.

“Gw emang nggak tau apa-apa soal kehilangan. Satu hal yang gw tau, gw telah kehilangan seorang yang bernama Kei. Kei yang ceria. Kei yang dengan tawanya bisa membuat orang disekelilingnya bahagia. Kei yang sekarang gw kenal, udah berubah. Gw udah nggak pernah mendapati senyum yang selalu gw rindu, bahkan suara tawa pun kini sudah lenyap. Lw bermurung diri, lw bilang lw kehilangan Koma. Tapi apa lw tahu Kei, bahwa orang-orang sekitar lw, kehilangan lw Kei. Sayangnya lw nggak pernah tau, dan gw rasa lw nggak akan pernah mau tau.”

Brima mencoba mengatur nafasnya. Terdiam sejenak, berharap Kei bersuara. Namun nihil tiada ada tanda-tanda Kei akan mengeluarkan suaranya. Brima ingin mengeluarkan suaranya, namun tertahan. Brima memilih meninggalkan Kei dengan kertas-kertanya.

“Lw egois Kei!”

BRAAAK!!

Pintu kamar Kei pun dibanting Brima.

11:51 am

09 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar