Rabu, 16 Februari 2011

kembali menjelajah, tak mengenal lelah dan kenangan terakhir

Pagi-pagi kita meninggalkan desanya urie, dengan angkutan antar kota. Serasa di koclak-koclak ini perut, pusing dan mual. Kondisi yang gw benci ketika berada di dalam kendaraan. Sesampainya di Terminal Jombor, kita naik trans jogja menuju keraton Ngayogyakarta. Tempat yang ingin dikunjungi namun belum terlaksana. Harga masuk ke dalam keraton pun terbilang murah, hanya Rp. 2.000,- per orang plus biaya tambahan Rp. 1.000,- apabila membawa kamera. Memasuki kawasan keraton kita dilarang menggunakan segala macam bentuk topi, karena dianggap tidak menghormati keraton itu sendiri. Suasana yang masih asri, masih terawat dan keraton sendiri pun tak hanya sebagai salah satu objek wisata. Gw menemukan ada beberapa abdi yang masih sibuk berkutat dengan mesin tik lamanya, disebuah ruangan yang bagi penggunjung dilarang untuk memasukinya.

Setelah puas melihat-lihat dan berfoto-foto ria. Kita beranjak menuju alun-alun utara, mencari jalan menuju Taman Sari. Salah satu tempat setelah keraton yang juga belum sempat kita kunjungi. Setelah berjalan 15 menitan, sampailah pada tempat yang dituju. Taman Sari merupakan salah satu tempat yang dulunya adalah bekas pemandian para putri raja. Dekat dengan Taman Sari, ada beberapa reruntuhan bangunan yang katanya masih satu kesatuan dari Taman Sari. Dari bangunan reruntuhan itu kita bisa melihat kota jogja, walaupun yang terlihat hanya atap-atap rumah. Berani jamin, kalau malam pasti indah sekali pemandangannya. Karena yang terlihat hanya kelap-kelip lampu yang menerangi kota jogja. Berjalan kaki kami kembali, menelusuri jalan yang tengah basah karena rintik-rintik hujan yang mulai turun. Berhenti di pos siskamling di tepi jalan, ternyata membawa keberuntungan. Hujan yang datang pun semakin deras. Lumayan sebagai tempat untuk berteduh. Cukup lama kami berdiam diri disana, hingga hujan mereda dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju trans jogja karena hari ini malam semakin menampakkan dirinya.

Keesokan harinya, hari yang cukup cerah untuk melanjutkan penjelajahan seolah tanpa mengenal lelah. Pastinya, karena waktu yang kita punyai di jogja harus di manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Candi Prambanan, itu adalah tujuan selanjutnya. Seperti biasa berbekal uang Rp. 3.000,- kita sudah bisa ke Candi Prambanan. Amoy, orang yang seharusnya jadi guide selama kita disini. Akhirnya ikut juga, itu pun setelah di rayu bakal di traktir masuk candinya. Tak memakan waktu yang lama, kita telah sampai pada shelter terakhir. Selebihnya kita jalan kaki menuju pintu masuk candi, lumayan membakar kalori. Untung udah makan, jadi gak semaput.

Harga tiket yang cukup mahal, karena Candi Prambanan merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di daera JOgja ini. Tak lengkap rasanya belum ke Prambanan bila kaki kita telah menginjakan kaki di Jogja. Dengan uang Rp. 25.000,- kita bisa masuk ke dalam Candi Prambanan. Ada pula paketan ke Candi Ratu Boko yang di kenakan biaya Rp. 30.000,-. Sudah kepalang tanggung sampai disini, kurang lengkap rasanya bila tidak mencoba berkunjung ke Candi Ratu Boko. Jadilah kita bertiga mengambil tiket masuk paketan tersebut. Perjalanan awal, kita mengunjungi Candi Ratu Boko. Jarak yang ditempuh pun tak begitu lama. Pemandangan yang cukup indah, gunung merapi terlihat jelas dari sini. Pantas saja jika di tempat ini sering disewa untung acara resepsi pernikahan atau acara-acara besar dengan suasana santai. 

Memasuki kawasan Candi Ratu Boko lebih jauh. Banyak terdapat reruntuhan-reruntuhan candi. Diperkirakan dahulu di kawasan ini berdiri sebuah kerajaan. Di daerah ini sering pula di jadikan tempat berkemah bagi mereka yang menginginkan suasana alam untuk menghilangkan kejenuhan kota. Terlalu lama melihat-lihat, ternyata setelah kembali ke tempat parkiran. Kendaraan yang mengantarkan kita kesini sudah nggak ada. Khawatir sih pasti, tapi setelah berbincang" dengan petugasnya, Kita pun di jemput kembali dan melanjutkan perjalanan menuju Candi Prambanan. Tak mengenal lelah, kita memasuki satu persatu candi-candi yang ada disana. Gempa merapi beberapa waktu lalu, mengakibatkan candi utama tidak bisa dimasuki karena masih dalam perbaikian. Rintik hujan tak menghentikan perjalanan kita, namun harus kita akhiri. Amoy tengah panik, sebab waktu janjian dengan pacarnya telah lewat. Jadilah kita pulang dengan jalan terburu-buru. Kita berpisah dengan amoy, gw dah urie ada janjian dengan abangnya urie dan pergilah kita ke salah satu mall di Jogja (sumpaahh gw gk tau nama mall nya,T.T). Lumayan ada yg dapet baju ma sepatu baru dan pastinya gw dapet makan gratisan,:)

Hari selanjutnya, kita memilih untuk mencari tiket pulang. Gw udah seminggu lebih di jogja, keuangan pun mulai menipis. Rencana jelajah jogja pun rasanya udah cukup. Namun satu hal, gw pengen nonton Narnia. Salah satu film favorite gw, yang pastinya penayangannya di Bali belum ada. Berhubung ada di JOgja, gw sama urie nitip tiket nonton ke amoy. Kita memilih jam terakhir untuk menonton, hal ini di karenakan siangnya setelah membeli tiket. Urie masih membeli oleh" berupa bakpia. Berangkat nonton, dengan waktu yang cukup mepet. Hal ini disebabkan karena amoy dandannya lama (gw yakin pasti gara" itu...!!). Perjalanan ke XXI, sebenernya dapat di tempuh dengan trans jogja. Berhubungan waktu yang lumayan mepet, jika nunggu trans jogja yang belum tentu datengnya. Jadilah kita pergi ke XXI jalan kaki,hahhahaa lumayan jauh dan lumayan bisa bikin yang abis dandan mengeluarkan keringat.

Selesai menonton film, gak di sangka ternyata sepanjang film diputar ada yang bolak balik kentut. Sapa lagi kalo bukan amoy, gk kuat dingin sepertinya. Untung tidak menimbulkan bau, yang membuat orang panik selama pertunjukkan film. Kita berjalan cepat menuju shelter trans jogja, berharap masih dapat bus untuk pulang. Sayang dewi fortuna tidak memihak pada bus, tapi lebih memihak untuk kita membakar kalori kembali. Belum makan sore, di tambah harus jalan kembali ke kosan amoy. Tapi tunggu dulu, kita berjalan melewati kosan amoy. Terus berjalan dan untungnya tongseng tulang ayam yang gw idam-idamkan masih buka, makan lah kita disana. Perjalanan yang jauh, membuat perut menjadi lapar. Sesuatu yang di makan saat lapar semua berasa enak, kecuali cabe pasti berasa pedas,hahahhaa. Itulah malam terakhir berada di JOgja.

14-16 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar