Perjalanan menuju curug malela ini saya
ikut nebeng bareng salah satu komunitas di Bandung
yakni SABUKI (Satu Bumi Kita). Untuk komunitas Sabuki ini saya juga tidak
terlalu mengenal dekat, karena info trip ini saya dapatkan dari Kak Sifat,
salah satu pembicara mengenai traveling di KBI (Klub Buku Indonesia). Namun
saat kroscek dengan panitianya, mereka juga tidak mengenal kak Sifat. Ha Ha Ha
saya hanya tertawa dalam hati.
Tempat acara berkumpulnya di Musium
Sribaduga, Bandung jam 07.00 pagi hari. Awalnya saya sempat bimbang, karena
posisi saya yang berada di Jakarta sementara tempat Meeting Point nya di
Bandung. Namun mengingat perjalanan menuju Curug Malela sungguh ekstrim dan
aksesnya cukup sulit, maka akhirnya saya memutuskan untuk ikut trip tersebut.
Sabtu sore saya berangkat ke Bandung
dengan menggunakan jasa kereta api. Sesampainya di Bandung, saya menumpang menginap
di kosan teman saya dan minta tolong paginya untuk di antarkan ke tempat meet
up (teman yang tidak tahu diri kan saya, sudah menumpang menyusahkan pula).
Mengenal
orang-orang baru itu menyenangkan.
Perjalanan ini bukan hanya menuju tempat
yang ingin dituju, namun memberikan warna karena bertemu dengan orang-orang
baru dan mulai mengenalnya. Setelah semua peserta berkumpul dan berdoa sejenak,
akhirnya perjalanan menuju Curug Malela pun di mulai pukul 08.00. Dengan
menyewa truk polisi, rombongan mulai melintasi jalan-jalan Bandung.
Perjalanan menuju curug malela memakan
waktu 3-4 jam. Curug Malela terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga-Gunung
Halu, Kabupaten Bandung Barat.
Setelah menempuh sekitar 3 jam, maka akan
terlihat gapura menuju curug Malela. Dari
Gapura menuju pintu masuk curug jalan yang dilalui akan begitu ekstrim. peserta
yang berada di dalam truk polisi diajak untuk bergoyang. Jalan yang tidak rata,
karena berisi batu-batu besar, tanah lumpur, tanjakkan, belokkan dan turunan.
Perjalanan melalui jalur ini seolah sedang menaiki arung jeram, karena tubuh
ikut bergoyang kekanan, kekiri, kedepan dan kebelakang kadang sempat loncat
pula. Ditengah perjalanan truck sempat berhenti tidak kuat menanjak, dan mundur
kembali. Sontak membuat peserta di dalamnya ikut berteriak –ketakutan truk akan terguling kebelakang–. Ternyata truk tersebut hanya mundur sebentar mengambil
ancang-ancang untuk dapat melewati tanjakkannya.
Saya menyebutnya truk dewa, karena bisa
dengan canggihnya melewati jalanan yang begitu terjal.
Sesampainya di tempat parkir terakhir,
truk tersebut beristirahat. Dan para peserta pun mulai meluruskan badan yang
sempat terombang-ambing.
Curug malela yang sekarang saya singgahi
ternyata sudah cukup dikelola, terbukti jalan menuju ke sana sebagian sudah
berupa aspal. Dari loket hingga ke curug tidak memakan begitu banyak waktu.
Karena jalannya terus ke bawah, kira-kira waktu yang dibutuhkan hanya 15-20
menit saja. Jalan turun sebentar saja, sudah dapat terlihat dari kejauhan
begitu mempesonanya niagara mini ini. Curug dengan tinggi 60 meter dan lebar 70
meter ini sering disebut sebagai Niagara Mini. Debit airnya pun cukup tinggi,
untuk yang ingin berenang harap berhati-hati. Sayangnya air terjunnya tidak sejernih
air terjun yang biasa dijumpai, menurut saya air terjun ini cenderung lebih
kotor. Atau mungkin pengaruh hujan yang membawa lumpur ikut bersama derasnya
arus. karena sehari sebelum keberangkatan hujan deras melanda kota Bandung.
Bagi yang suka berburu curug, Curug Malela menurut saya menjadi hal yang harus di datangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar