Untukmu Bintang, di Surga.
Surat pertama ini ku tulis
untukmu, pemilik kenangan malam. Mengapa ku menyebutmu bintang, karena kamu
begitu menyukai bintang yang ku suka. Titik-titik sinar yang menyebar diantara
pekat malam, menyeruak bagaikan hamparan pasir, memberikan cantik yang selalu
rindu untuk dipandang.
Masihkah kamu menatap langit yang
sama denganku malam ini? Langit dari tempat yang berbeda. Langit yang bila ku
tatap, seolah bercerita begitu banyak tentang kisah kita. Perkenalan pertama
kita yang tak biasa, pertemanan yang tanpa rasa dan akhirnya kita menjadikan
cerita. Cerita tanpa kata, dimana masing-masing kita tak perlu berkata bahwa
cinta itu ada diantara kita.
Bersamamu, untuk pertama kali aku
mempercayakan semua mimpiku. Aku bercerita tentang mimpi-mimpi kecilku. Tentang
bintang yang kusuka, tentang dia yang ku cari dan tentang dia yang lain yang
telah tiada.
Terakhir kali aku melihatmu
adalah ketika kamu tiba-tiba datang ke rumahku. Dengan pakaian seba putih dan
terpancar kemilau pada wajahmu. Cerah, seolah telah menemukan kebahagiaan
sejati. Kamu mengulurkan tanganmu ingin menggenggamku. Aku menarik tanganku
sehingga tangamu hanya mampu menggenggam udah.
Aku berucap “mengapa?” dengan
senyum yang begitu ku rindu kamu pun berkata, “aku datang untuk memenuhi
janjiku, menjemputmu.”
Itu terakhir kali aku melihatmu.
Meski berjuta rindu aku sebut, tak pernah sekalipun kamu hadir meskipun sekilas
dalam mimpiku. Marahkah kamu, kala itu aku menolak ikut bersamamu?
30 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar