Untukmu, kekasih dalam hati
Masihkah perlu kita saling bertukar kabar? Masihkah perlu kita saling bertanya kabar? Sementara masing-masing kita telah tau, seperti apa kabar kita tanpa saling bertukar suara maupun kata. Seakan mata kita sama-sama telah saling berbicara.
Entah bagaimana pada akhirnya aku merasa bahwa kamulah cinta pertamaku, meskipun km bukan orang yang pertama kali mengajarkanku merasakan berbagai macam rasa.
Semua itu diawali ketika ada sebuah rasa yang begitu menyakitkan ketika upacara kelulusan. Kehampaan. Kekosongan yang akhirnya membuatku mengerti, ada yang telah menghilang dari hariku. Kamu.
Masihkah kamu memperjuangkan mimpimu, ataukah kamu tengah terdiam merenung. Mengubah langkah dan berjuang kembali mewujudkannya.
Sayangnya takdir menjadikan kita berbeda, aku yang tengah berlari berusaha untuk dapat berjalan disampingmu, sementara kamu telah jauh melompat berada dihadapanku, tak pernah melihatku.
Di dalam perjalanan ku percayai hadirnya keajaiban, kenangan yang tersimpan tak pernah kusam. Kebersamaan kita pun tercipta banyak memori, walau mungkin hanya aku yang mampu mengingatnya.
Kamu lelaki yang tak mampu ku benci, meski hatimu untukku terkunci.
Apakah aku boleh berbahagia, ketika hanya kamu yang selalu mengingat tanggal kelahiranku. Meski info itu ku berikan lebih dari sewindu yang lalu.
Apakah aku boleh berbahagia, ketika mata kita saling menatap hangat, tanpa suara dan pikiran kita seolah saling mengerti?
Ah, hanya aku saja yang merasa bahagia.
Hadiah pertamamu masih ku simpan, meski hadiah-hadiah berikutnya telah menghilang, seperti takdir yang tengah menentang kebersamaan kita.
Kali ini ijinkan aku bertanya kabar. Apa kabar kekasihmu, kapan lagi kamu akan bercerita tentangnya, tentang dia yang akan kamu pinta untuk melengkapi hidupmu.
Bila kamu bertanya kabarku, aku disini tengah berbahagia bersama lelakiku.
Salam sayang untukmu selalu,.
17 Februari 2015
08:11 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar