Jiwa-jiwaku hidup dari udara, sejuknya oksigen yang diproduksi stomata
Jiwaku berlari pada awan lembut yang menghiasi
Jiwaku kokoh seperti pohon yang tidak mudah roboh
Aku berjalan, pada batu yang menggerutu
Pada bising yang melahirkan pening
Aku rapuh, pada peluh yang membuku
Pada penat yang mengikat
Jiwa bahagiaku lahir mengalir pada bulir-bulir air
Pada lembut udara yang berkabut
Pada terik yang menarik
Dan pada hujan yang membuat aku tenang
Jiwa sejukku perlahan membeku, pada udara yang tiada
Jiwa lembutku perlahan mengkaku, pada awan yang hampa
Jalan-jalan setapak kian berontak, pada kuat yang berkarat
Pada pening yang tiada lagi bening
Rapuh menguasaiku, penatku menghujatku
Bila lalu lahirku bebas, kini matiku terhempas
Berteman kehampaan, berkenalan keresahan
Adakah mati yang menyenangkan?
Layaknya bulan yang menawan
Layaknya mentari yang berseri
Layaknya bintang yang gemilang
Adakah mati yang menguatkan?
Layak karang yang berperang
Layak angin yang mendingin
Layaknya aspal yang mengepal
Aku hanyalah anak manusia
Berjalan dengan takdir, dan tersenyum getir
Aku hanyalah anak manusia
Terlepas jiwa, dalam rasa yang tiada
Jiwaku berlari pada awan lembut yang menghiasi
Jiwaku kokoh seperti pohon yang tidak mudah roboh
Aku berjalan, pada batu yang menggerutu
Pada bising yang melahirkan pening
Aku rapuh, pada peluh yang membuku
Pada penat yang mengikat
Jiwa bahagiaku lahir mengalir pada bulir-bulir air
Pada lembut udara yang berkabut
Pada terik yang menarik
Dan pada hujan yang membuat aku tenang
Jiwa sejukku perlahan membeku, pada udara yang tiada
Jiwa lembutku perlahan mengkaku, pada awan yang hampa
Jalan-jalan setapak kian berontak, pada kuat yang berkarat
Pada pening yang tiada lagi bening
Rapuh menguasaiku, penatku menghujatku
Bila lalu lahirku bebas, kini matiku terhempas
Berteman kehampaan, berkenalan keresahan
Adakah mati yang menyenangkan?
Layaknya bulan yang menawan
Layaknya mentari yang berseri
Layaknya bintang yang gemilang
Adakah mati yang menguatkan?
Layak karang yang berperang
Layak angin yang mendingin
Layaknya aspal yang mengepal
Aku hanyalah anak manusia
Berjalan dengan takdir, dan tersenyum getir
Aku hanyalah anak manusia
Terlepas jiwa, dalam rasa yang tiada
16:47
14 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar