Jumat, 15 Maret 2013

Sawarna, Kita dan Cerita

Hari yang ditunggu-tunggu untuk melepaskan jenuh. Bagi mereka kawan-kawanku. Seharusnya pun aku ikut melepaskan jenuh. Tapi sekali lagi aku ingin meminta maaf kepada mereka, teman-temanku. Liburan kita tidak sepenuhnya bebas dari penat. Karena terbukti, liburanku berisi pekerjaan. Pekerjaan yang membuatku tidak di ijinkan untuk melepasnya.
Berawal dari niat teman yang ada di Jakarta, aku memanggilnya si Unyun. Selama mengenalnya baru aku tau bahwa nama aslinya Desi. Dia mengajak liburan ke Sawarna, pantai yang banyak di bilang orang begitu mempesona. Aku mencari pantai tersebut, memang benar cukup menawan. Letaknya pun bisa di tempuh dari Sukabumi. Tempat saat ini aku menetap. Mengingat si kunyuk juga mau ke Sukabumi, jadi sekalian aku ajak dia. Sudah di pastikan kunyuk pasti akan bersorak gembira. Karena laut adalah keindahan alam yang paling di sukainya.
Pekerjaan kita semua berbeda, begitu pun termasuk hari libur. Hal yang paling susah di lakukan adalah menyatukan hari libur. Sehingga ada yang harus rela berbohong demi mendapatkan liburan yang berharga itu. Tanggal 11 Maret 2013, adalah hari dimana yang di sepakati oleh kita untuk menempuh perjalanan menuju Sawarna. Harpitnas, hari kejepit nasional. Itulah yang di bilang oleh mereka, karena hari masuk yang terletak di antara hari libur.
Kita menyepakati untuk bertemu di Sukabumi, Unyun dari Jakarta dan Kunyuk dari Bandung. Mereka datang hari minggu sore. Menurut jadwal, kita akan memulai perjalanan ke sana adalah sebelum subuh tiba. Namun apa daya, akhirnya kita berangkat sesaat sebelum matahari terbit. Perjalanan yang cukup menyenangkan, karena di suguhi oleh berbagai macam pemandangan yang sungguh mempesona. Tanjakan yang cukup curam membuat Unyun aku minta untuk turun dari motor yang ku kendarai. Warna dalam perjalanan begitu banyak, ada warna ketika motor ban belakangku kempes. Mengharuskan Unyun jalan kaki, dan aku pergi meninggalkannya untuk mencari bengkel. Kunyuk yang dateng bersama teh Iya, berhenti di ujung menunggu kedatangan kita. Dan aku memintanya menjemput Unyun yang jauh berada di belakang. 
Perjalanan dari Sukabumi menuju Sawarna adalah cukup singkat. Bila jalan yang di tempuh tidak mendaki dan tidak berhenti untuk foto-foto. Terpaksa adalah kata yang tepat, ketika kita harus berhenti untuk menikmati setiap pemandangan indah itu. Dan mengabadikannya dalam gambar. Foto ini adalah foto yang di ambil ketika perjalanan menuju Sawarna. Foto yang menurut aku seperti lukisan. Lukisan yang mampu bergerak, lukisan nyata. Sungguh tiada yang meyesal bila, melepas kesibukan digantikan dengan melihat pemandangan ini. 
Mencari pantai yang kita tujukan, tidaklah sulit. Bertanya beberapa kali kepada penduduk sekitar, dengan bersahajanya mereka pasti akan menunjukkan lokasinya. Tidak pernah terbayang, bila untuk mencapai ke pantai tersebut harus melewati jembatan gantung. Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan ujian untuk nyaliku. Tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan, selain melewatinya. Seluruh tubuhku merasa lemas seketika, tapi aku menutupinya. Dan sampailah kita pada pantai indah itu, pantai Tanjung Layar. Sebuah pantai yang terdapat dua buah batu karang besar yang menghiasinya. 
Matahari dengan bangganya memeberikan sinar. Sinar yang mampu menyilaukan pandangan mata. Tepat jam 12 siang, kita sampai di pantai tersebut. Aroma laut jelas tercium, suara ombak yang berpacu dengan angin. Terasa jelas dalam alat indra kita. Laut adalah kecintaan mereka, teman-temanku. Aku hanya suka mendengar suara ombaknya, meneduhkan perasaan. Semilir angin, yang mungkin menerbangkan kepenatanku. Dan pastinya senja, yang selalu membuatku terpesona. Kita menyepakati untuk bermalam di pantai itu, di antara bale-bale di bibir pantai. Keuangan yang menipislah yang mengharuskan kita melepas lelah di sana.
Senja itu datang, menghampiri kita. Memberikan pesona yang mampu membuat kita tertegun bangga. Keindahan yang diciptakan Tuhan ternyata begitu banyak. Tidak cukup pula, rambut-rambut di tubuh kita untuk menyamakannya. Andai saja, ada kamu jadi ikut menikmati senja ini. Ingin ku ungkapkan, bahwa senja terindah dala hidupku adalah kamu. Pemberi keindahan dalam hidupku, indah dalam warna cerita. Sayang pekerjaan tengah menyibukkanmu.
Teman-temanku begitu menikmati liburan ini, sementara aku pikiranku tak lepas dari pekerjaan itu. Pekerjaan yang membuatku harus selalu terfokus. Sempat pula terjadi insiden kehilangan, untung saja hal negatif tidak menyelip di antara perjalanan ini. Malam semakin larut, acara membuat api unggun pun di mulai. Berniat ingin membakar cumi yang telah aku dan Kunyuk beli. Ternyata gagal, cumi itu terlalu kecil. Untuk terjepit di antara penjepit pemanggang. Kita menitip untuk membeli ikan kepada anak yang gubuknya kita sewa. Di depan api unggun, sesaat aku menikmati perbincangan antara aku dan Kunyuk. Gumpalan asap rokok menari indah di antara perbincangan kita. Kepenatan hidup, rencana hidup, arah hidup yang berjalan. Kita berbicara dari hati ke hati. Pembicaraan yang begitu lama tertahan akhirnya terucap. Diselinggi becanda, perbincangan itu pun harus berakhir. Sebab acara bakar ikan pun harus di lanjutkan. Adalah ikan layur, ikan yang tengah kita bakar. Ikan yang memiliki panjang yang cukup, terselip lebut dagingnya bila bersentuhan dengan lidah kita.
Malam pun semakin larut, yang memaksa kita untuk berpamit menjemput mimpi. Hanya dengan beralaskan bale-bale. Kita merapat berbaing, ada teh Iya yang sudah terlelap dengan lelahnya. Ada Unyun yag sibuk dengan lagu di pendengarannya. Dan ada aku dan Kunyuk, yang masih berbincang diantara cahaya lampu yang menerangi. Lampu yang di supplay oleh jetset itu pun harus padam ketika aku terbangun di antara tidurku. Masih terdengar suara ombak dan jangkrik, menemani pejaman mataku. Pikiranku masih berkelana, masih bekejar-kejaran dengan mimpi. Hingga aku membuka mataku untuk melihat mentari pagi. 
Ada seburat awan bercahaya di balik tebing itu. Menandakan bahwa aku hanya bisa melihat mentari bangun lewat samar-samar bayangannya. Adalah kalian, yang menculikku diantara kesibukan kerjaku dan memberikan satu hari berharga. Terimakasih untuk satu hari yang penuh cerita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar