Dia hadir ketika ku tak tau, seperti apa cinta yang lain itu selain cinta yang ku berikan kepada orang yang ku kagumi selama ini.
Dia hadir tanpa ku pinta, kebiasaannya hadir dalam hari-hari ku pun belum juga membuatku menyadari akan kehadirannya di hatiku.
Ketika ku dengan ego ku, menentang semua perasaannya, barulah ku sadari betapa berharganya dya dalam diriku. aku sadar segalanya telah terlambat. Jujur pada diri sendiri ku akui terlampau sulit, apalagi mengatakan bahwa dulu ku mempunyai rasa yang sama namun ku tak bisa mengatakannya.
Ego itu membuat ku menderita, membuat perasaanku tak terselesaikan. Waktu tenggang yang ku rasa baik, ternyata hanya ada dalam pemikiranku saja. Ku terlalu asik bermain dengan dunia yang ku punya, tanpa sadar sudah begitu banyak yang telah terluka karena egoku. Ku berfikir, ku merenung dengan diriku, dengan hatiku. Ku ingin menata kembali apa yang dulu ku yakini benar, ternyata kini salah.
Aku hanya memiliki satu pesan dari teman terdekatku, dya berkarta," jangan kau pendam sendiri duka itu, ada saatnya kita berbagi untuk mencari solusi, berceritalah dengan mereka yang kau percaya". Aku mulai mencerna ucapannya, bolehkah aku seperti itu,? siapa yang bisa ku ajak untuk mendengarkan cerita-ceritaku,?
Aku sadar, ternyata aku tidak sendiri. Ku mulai bercerita dengan mereka yang mengakui dirinya sahabatku. Aku mulai menjadi manusia transparan, namun aku tidak terlihat begitu pada kenyataannya, masih banyak rahasia yang ku simpan sendiri, yang menurutku mungkin suatu saat nanti adalah waktu yang tepat untuk aku ceritakan.
Aku mengungkapkan rasa itu, berawal dari pernyataan kecilku kepada teman terdekatku," aku kok kangen dya yah ?"
Segalanya berawal dari ucapan itu, terbukalah mengapa dulu aku seperti itu, mengapa dari waktu ke waktu sakit itu terus ku rasakan, mengapa ku tak bisa memulai dengan seseorang yang baru di hidupku, semua karena dya. Orang yang perasaannya ingin ku sampaikan namun terlambat karena ego ku yang tinggi.
Tepat di malam, ketika semua merenung dalam doa. Aku jujur pada diriku, Aku jujur pada perasaanku. Aku jujur pada dirinya. Aku tau rasa itu terlalu lusuh untuk waktu ini, karena kini dya telah menjadi milik yang lain. Tak ku sangka bila sakitnya tetap menyiksaku. Harapan tentangnya terus meracuniku, membuatku terus bermimpi namun semua hanya ilusi semu yang nyatanya menyakitiku.
Dia yang telah menjadi masa laluku, walaupun aku sudah mengungkapkan perasaan itu, ku tetap tak mampu melupakannya, meskipun perasaan lega itu ada. perlahan kenangan tentangnya, perasaan tentangnya, mulai luntur termakan waktu. perasaanku berdiri tegak, mulai bangkit dari semua kenangan tentangnya. aku mulai menyukai seseorang yang ku tak tau mengapa ku menyukainya.
Dia, orang yang telah menjadi masa lalu ku kembali hadir. menyapaku, menanyakan kabarku, memberikan perhatian kembali.
" Tuhan mengapa kau hadirkan dya kembali d hidupku, padahal Engkau tau ku tak mungkin bersamanya." ucapku bertanya dalam hati.
Walaupun ku mengelak tentang kehadirannya, berupaya menjaga jarak tapi ku sadar ku begitu merindukannya. aku merindukan sosoknya d hari-hariku.
Perhatiannya membuat ku percaya bahwa dya memiliki perasaan yang sama dengan aku. Bodohnya diriku terjebak dalam cinta yg tak semestinya.
"Kenapa baru sekarang kamu jujur,? aku gk bisa, aku udah memiliki dirinya (orang yang mengantikan aku mungkin)", dari ucapannya itu aku merasa, andai aku bisa jujur waktu itu mungkin dya masih bersamaku, mungkin kita tidak mengalami hal seperti ini. Kembali lagi, aku membodohi diriku.
Ingin sekali aku berkata tegas," Tolong jangan ganggu aku lagi, jangan biarkan aku jatuh cinta lagi kepadamu, karena semua itu salah," tapi ku tak berdaya, ku tak bisa menyakiti hatinya lagi.
Dya, orang yang telah jadi masa lalu
Aku tak percaya, rasa yang telah ku pendam bertahun-tahun itu, kini tersampaikan, ia telah membalasnya. Perasaan yang ku yakini itu, ternyata tidak pupus seperti yang ku kira. tapi mengapa baru sekarang, setelah ku mencari penggantimu. Meskipun ku sadari hingga kini, di hatiku tak ada yang bisa mengantikanmu.
Bagiku kau begitu istimewa, kau memang beda dari wanita-wanita yg pernah ku kenal. Pasti sakit menyimpan perasaan yang belum terungkapkan selama bertahun-tahun, Mengapa begitu keras egomu. Mengapa tak kau jujur saja ketika ku mendesak dengan bermacam cara.
Mungkinkah aku yang tabu, yg tidak menyadari perasaannya. Segala bentuk perhatiannya setelah kejadian itu ku abaikan, karena ku tak ingin dya hanya menganggapku sebagai teman saja. Andai saja aku bisa sedikit bersabar menunggunya, mungkin aku dan dia kini bisa bersatu.
Aku tak bisa menahan diriku untuk tidak bertanya tentang kabarnya, namun engkau acuh, seolah membenciku. Benarkah begitu? ataukah kau merasakan sakit dengan kenyataan yang ku ungkapkan.
Aku tidak ingin jatuh cinta lagi pada dirinya, aku tidak ingin melukai dia (orang yg telah menggantikanmu), karena semua adalah salah. Cinta kita salah, cinta kita telat disadari dan mungkin cinta kita tidak untuk dimiliki.
tamat.
4:15 pm
17 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar