Rabu, 02 April 2014

Surat Untuk Mantan

Teruntuk kamu, pencinta lautan di langit senja.

Sudah sampaikah salam-salam yang ku titip, lewat perantara hidupku ? Atau kamu memang sudah tau. Salam yang ku sebut dalam doa itu, selalu tertuju padamu ?

Masihkah kamu melihat senja yang sama yang kupuja. Masihkah kamu melihat laut, yang diam-diam namamu selalu kusebut. Masihkah kamu melihat semuanya, termasuk aku yang masih setia pada dunia.

Don, mengenalmu ternyata terlalu singkat. Bila di ukur di sepanjang perjalanan hidupku. Dan selalu langit dan senja, yang menjadi catatan di perjalanan hidup kita. Masih ingatkah, saat kamu yang dengan setia menungguku kala penuh kegiatan menghujamku. Masih ingatkah, kala ada sindiran-sindiran halus mereka terhadap kita. Dan masih ingatkah, selalu tawa yang kita cipta ketika menanggapinya.

Teman-teman sekeliling kita, sesekali begitu sering berbisik. Bahwa kita tengah terjebak pada hubungan lebih dari kata pertemanan. Kamu pun sering bercerita, kekasihmu terlalu cemburu pada aku yang telah berjasa menjadikan kalian berpasangan. Dan aku hanya mampu tersenyum.

Kebersamaan kita, sempat terkunci dalam bingkai yang kini ku simpan dengan rapih di dalam lemari. Gambaran aku dan kamu tersenyum, dengan latar langit senja yang menawan. Sayang semua hanya tinggal kenangan.

Semestinya hari ini, kita masih bisa tertawa. Bersama lautan dan senja, berbagi cerita lama. Atau dengan sengaja berencana mengukir cerita. Sayangnya semesta menjadikan hubungan kita tiada.

Malam itu masih seperti biasa, kamu mengirimiku dengan pesan-pesan ceria. Menanyakan aku sedang apa, dan ingin apa. Kamu berkata, esok kamu akan menemuiku dari tempatmu mencari ilmu alam. Lagu yang kamu nyanyikan menjelang ku tidur pun, akhirnya menjadi lagu terakhir yang kamu nyanyikan untukku. Dan menjadi hari terakhir pula aku mendengar suaramu.

Sepertinya Tuhan sangatlah menyayangimu, kawan. Di panggilnya lah kamu,tanpa perlawanan. Tanpa sempat aku mengucapkan kata selamat tinggal. Hingga aku meyakini, tidak pernah ada kata selamat tinggal untukmu. Tidak pernah ada kata perpisahan untukmu. Sebab kamu masih selalu ada bersamaku, hidup dalam jiwaku bersama kenangan-kenangan.

Don, rangkaian cerita kebersamaan kita mungkin telah terhenti. Namun rindu-rindu itu selalu ku semayamkan dalam doaku tanpa jeda. Aku percaya, kebersamaan kita akan kembali pada hari nanti. Hari dimana Tuhan mempertemukan kita, dalam raga yang berbeda.

Don, kamu adalah awan yang membungkusku demikian hangat. Kamu adalah bintang yang menemani gelap yang pekat. Dan kamu dengan kebaikan-kebaikan yang serupa malaikat. Sedangkan aku hanyalah manusia yang melepasmu demikian berat.

Ada yang bilang, ketidakbersamaan adalah mantan. Walau kita tiada lagi bersama, kamu tidaklah menjadi mantan dalam hidupku. Bila mereka menyebutmu mantan, kamu adalah mantan yang tidak pernah menjadi mantan.


Don, aku menyayangimu dengan tulus, tanpa rasa cinta lebih. Dan kamu pun mengetahuinya.


Salam rindu untukmu, Ida Bagus Dony. Sahabat yang tengah tersenyum, menatapku dari surga.




Nb :

Tulisan ini di ikut sertakan untuk lomba #Suratuntukruth Novel Bernard Batubara @Gramedia.

3 komentar:

jokbelakang mengatakan...

:(( Kak feby. . keren kak :((
Tapi sekarang kau sudah ada penggantinya kak :3

kecebonk mengatakan...

Di dalam hidupku tidak pernah ada pengganti untuk mereka" yg telah singgah d hidupku lii :) semua memiliki masing" ruang dg komposisi berbeda :)

Happy Hawra mengatakan...

karena memang semua yang tercipta tak ada yang abadi :)

Posting Komentar